Kamis, 30 Oktober 2014

Selasa, 21 Oktober 2014

The Creative Writing Seminar Publishing


Well, here we are, guys! :D
It is just a few days more to the crucial day of our Creative Writing Workshop with Mark Richardson. It will be held on Monday, October 27th 2014, at 1 p.m. We pick the courtroom of our campus for it is one of comfortable rooms. Hehehe :D
How about the participant registration scheme?
Ya, we open the registration stand right in front of EDSA Office (the Blue Box), because there are so many students will walk accross the spot. :)
How about the publishing itself?
Ya, we publish this important information via Facebook status, our twitter status, blog (ofcourse), by spreading so many leaflets on the campus, and also SMS. ;)
That big day, it can be counted by fingers. We are really waiting for this event, guys! :D
So, what will happen next?
Stay tune on our blog for further spectacular information. :D
Ciao! ;)

(for your prior information)

Selasa, 14 Oktober 2014

Jodoh Untuk Fatimah

Sore itu seperti biasanya aku berjalan dengan membawa keranjang kosong. Senyum mengembang dari bibirku. “Alhamdulilah, terima kasih atas rizki yang telah engkau berikan, ya Allah.” Fatimah lega. Kue kue yang ia titipkan di pasar telah laku habis terjual. Biasanya pagi hari ia membuat kue dan ia titipkan di pasar dan sore harinya setelah mengajar ia mengambil dagangannya di pasar. Dan sore ini ia bisa membawa sedikit rezeki untuk Ibu dan adik-adiknya.
“Mak, aku pulang.” Fatimah memasuki rumah dan mencari ibunya. Perempuan itu sedang sibuk di dapur. Bergelut dengan asap dan keringat yang mengucur.
“Sudah pulang, Imah. Bagaimana daganganmu?” Ibunya selalu berharap kalau kue-kue itu habis terjual.
“Alhamdulilah, Mak. Laku semua.” Fatimah berkata dengan penuh sumringah. Ibunya lega karena baginya kue kue itu adalah penyambung hidupnya bersama Fatimah dan ketiga adik Fatimah.
Fatimah adalah gadis yang cerdas, ulet, pekerja keras, dan sholehah. Tumbuh dibesarkan oleh lingkungan Muhammadiyah menjadikannya ia gadis yang cerdas dan taat kepada Allah. Setiap sore Ia juga mengajar membaca Al Qur’an untuk anak-anak TK Muhammadiyah. Namun gajinya tidak seberapa. Kue-kue itu tetap menjadi penyambung hidup untuk ibunya dan ketiga adik-adiknya.
“Jadi, kapan kamu akan mengenalkan calonmu kepada emak?” 

EJT Towards Creative Writing Seminar with Mark Richardson from Aussie (The Committees)


Hello, guys! :D
So, we are mandated by the department to handle this Creative Writing Workshop by Mark Richardson from Melbourne, Aussie in 27th October 2014. We have organized the committees structure as follows:

The Chief of Committees: Arifiana Tri Wulandari
Secretary: Dinni Putri Munggaran
Treasurer: Devi Rismaya and Aning Rustantiningtyas
Event Organizers: Hasna Fatin Oktavani (coordinator), Iqbal Ghofari, Sri Lestariningsih, Septian Khairunnisa, and Rani Rahmawati
Food and Beverage Organizers: Citra Istriani (coordinator), Meliya Novitasari, Khusnul Khotimah, Catur Julirustati, Chela Imelda N, and Ervina Felarastuti
PDD+HPT: Iis Nur Wijayanti (coordinator), Kurnia Fitriatun, Aulia Dwi Rakhmawati, Ginanjar Arif Wijaya, Kiki Noventri Hermawanto, Kartika Ratnasari, and Raafi Nur Aini

Do you want to know what is this workshop next information? just stay tuned on our blog, yes?! :D

Senin, 13 Oktober 2014

I Love You, Kau Bukan Dia

Dika yang berada tak jauh dari tempat dia berpisah dengan Jean mendengar teriakan seorang wanita, berlari mendekati sumber suara dan melihat Jean sedang meronta berusaha melepaskan diri dari keempat cowok itu.
 Buuk . . . . Buuk . . . . Buuk! Tinju melayang ke muka empat cowok mabuk itu dan Dika berhasil membuat mereka pergi meninggalkan Dika dan Jean berdua.
Dika berbalik menghampiri Jean. “Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka, nggak?” Tanya Dika namun tak sepatah katapun keluar dari mulut gadis di hadapannya justru gadis itu menatap Dika langsung. Rasa takut dan syok terlihat dengan sangat jelas di matanya, trauma, karena seluruh badan gadis itu gemetaran. Tanpa sadar Dika memeluk Jean erat, mencoba untuk menenangkannya karna saat ini kata-kata tidak akan menembus ketakutannya. Sontak apa yang Dika lakukan membuat Jean menumpahkan semua air matanya yang dia tahan sejak tadi. Dika menepuk-nepuk punggung gadis dalam pelukannya itu, membuat gadis itu sedikit tenang. Dika membimbing Jean dengan kedua tangannya masih memegangi Jean menuju mobilnya yang kini melaju kerumahnya. Dika tidak mungkin tega meninggalkan gadis sendirian apalagi dalam keadaan tergungcang.
Rasa tegang dan syok yang dirasakan Jean berkurang ketika Dika memeluknya. Rasa aman dan nyaman yang lama tidak dia rasakan menjalar ke seluruh tubuh bahkan relung hatinya. Apa yang dirasakan Jean saat itu membuat Jean percaya padanya sehingga menumpahkan semua yang dirasakannya dan luka perih yang dia pendam selama ini. Ketegangan hampir meninggalkan Jean ketika dia memasuki rumah Dika. Entah mengapa dia merasa terlindungi dan betah untuk tinggal di rumah dengan interior sederhana dan dinding yang berwarna pucat abu-abu ini.
Jean duduk di sofa putih dengan secangkir coklat panas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang di hadapannya tanpa meninggalkan detail sedikitpun dan dia menikmati suasana yang tercipta di ruangan itu. Tatapannya tertuju pada pintu yang terbuka.