Aku membetulkan tas ransel euro polo coklat berisikan laptop dan beberapa buku ilmu hukum beserta kamusnya yang sedikit mengganggu pundak. Kakiku sudah mulai pegal menunggu bus yang seharusnya sudah lewat beberapa menit lalu dan mengantarku ke kampus. Namun, aku juga tidak bisa menyalahkan si sopir ataupun siapa saja karena ini memang kesalahanku yang bangun kesiangan. Begadang semalaman bersama teman-teman untuk mengerjakan laporan untuk dipresentasikan di depan dosen sudah bisa membuat sakit kepalaku belum hilang sampai sekarang. Kulihat, seorang ibu yang berdiri di sampingku sedari tadi juga sudah mulai melihat-lihat jam tangannya. Di depanku, suasana ramai toko Joger sudah menjadi sarapan setiap pagi bagi mahasiswa yang kuliah di Bali. Toko itu tidak pernah sepi. Toko khas Bali itu menjual berbagai pakaian dan tas dengan harga tinggi. Tapi, tetap saja pembeli yang berkunjung tidak menurun. Sekilas, aku juga melihat tukang pos yang memarkir motornya di depan salah satu rumah di samping toko Joger. Bicara tentang surat, itu mengingatkanku pada suatu kejadian.
EDSA Journalist Team (EJT) adalah salah satu Lembaga Swadaya Organisasi EDSA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang bergerak di bidang jurnalistik. EJT Mewadahi dan memfasilitasi mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UAD dalam mengembangkan bakat dan potensi mereka dalam tulis menulis, fotografi, artikel, dan karya tulis fiksi.
Selasa, 24 Juni 2014
Sabtu, 21 Juni 2014
The Night Is Yet Young
Have a card up sleeve
Aku segera mengetik SMS
setibanya di terminal malam itu. “Arshaf,
aku sudah sampai. Maaf ya, kalo harus merepotkanmu.” SMS pun segera ku
kirim, sambil menunggu balasan dari Fajar aku menyusuri trotoar mencari tempat
duduk untuk beristirahat. Malam ini angin seakan menembus tulang dan menusuk
tiap persendianku. Maklum, tempat tinggal kami berada di dataran tinggi jadi
pantas saja kalau udaranya terasa lebih sejuk, terutama di malam hari.
Sudah 15 menit selang
aku menunggu balasan SMS Fajar namun tak kunjung jua ku dapatkan balasannya.
Aku pun mengirim SMS lagi. Dan menunggu balasannya lagi. Ternyata masih sama,
Fajar tak kunjung membalas. Alhasil aku sedikit panik dan mulai gusar.
Bertubi-tubi SMS pun
aku ketik dan kirim kepadanya. “Arshaf, kamu
udah sampai mana?”. “Bang, udah otw, belom?”.”Bang, hati-hati di jalan, yah.”.”Arshaf Putra Pamungkas.”
Sekian banyak SMS
dariku tak satu pun yang ia balas, bahkan teleponku pun tak juga ia angkat.
Kini justru kepanikanku semakin bertambah ketika nomor Arshaf tiba-tiba tak
bisa di hubungi lagi. Entah, aku tak tahu apa yang sedang terjadi.
Ku baca kembali SMS
balasan terakhir dari Arshaf. “Iya
InsyaAllah bisa, tapi aku on the way dari rumah ba’da maghrib. Jadi maaf kalo
nanti kamu nunggu lama. Dan kalo masih ada bus. lebih baik naik bus aja, ya.”
* * *
Kamis, 19 Juni 2014
True Love
Suatu sore yang cerah
terlihat dari jendela sebuah kamar seorang cewek yang bernama Indah. Saat
sedang berbaring di atas kasurnya tiba-tiba dia memandang sebuah bingkai biru
di atas meja sebelah tempat tidurnya. Dia tersenyum melihat benda yang ada
dalam bingkai itu, bukan foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh
bergambar mobil. Kertas yang Indah robek dari buku gambar milik seorang cowok 2
tahun lalu saat perpisahan SMA. Cowok itu sama sekali tidak tahu indah merobek
buku gambarnya. Bahkan, mungkin dia tidak mengenal Indah. Indah hanya satu dari
ratusan penggemarnya di sekolah.
Rabu, 11 Juni 2014
Lorong Gelap
Pembunuhan
itu terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Pak Iman yang melihat kejadian sadis
itu diminta untuk tutup mulut oleh pemimpin universitas. Pak Iman pun langsung
pergi dari tempat itu dan segera berkemas untuk pulang ke kampung halamannya. Dia
tidak mau tahu lagi tentang masa lalu itu dan menganggap itu hanya mimpi buruk.
Seiring
berjalannya waktu kejadian itu hilang kabarnya. Kampus itu pun berjalan seperti
biasa dan mengalami kemajuan. Bertahun-tahun kisah itu terkubur dalam tanpa
seorang pun yang mengusiknya. Hingga pada satu angkatan kejadian itu kembali
muncul, sepertinya dia ingin meminta balas atas perlakuan yang menimpanya waktu
itu. Dia masih belum tenang, dia masih menyimpan dendam kepada orang yang telah
menyakitinya.
Awalnya
kejadian itu dirasakan oleh mahasiswa baru yang sedang menjalani masa ospek.
Mahasiswa itu adalah Jojo, Tata, Angga, Tia dan Kristy. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia pada
umumnya. Jojo bisa melihat makhluk halus tanpa perantara. Tata bisa melihat
kejadian pada masa lampau. Angga bisa berkomunikasi dengan makhluk halus.
Kemudian Tia bisa mendengar bisikan serta ucapan yang diucapkan oleh makhluk
halus itu. Sedangkan Kristy dapat merasakan keberadaan makhluk halus itu tanpa
memperlihatkan wujud.
Mereka
dipertemukan dalam satu jurusan yang sama dan pasti memiliki tujuan yang sama.
Mereka sebelumnya tidak saling mengenal, namun karena kemampuan yang mereka
miliki. Mereka diperkenalkan tanpa sengaja.
Minggu, 08 Juni 2014
Neng Vidi
Aku rasa hidup
itu seperti kanvas, dan kitalah pelukisnya.
mau seperti apa hidup kita, mau diberi warna apa, jawabannya ada pada diri kita,
dan aku Vidi memilih melukiskan pelangi dihidupku.
dan aku Vidi memilih melukiskan pelangi dihidupku.
Menatap
kosong kearah jendela yang berembun karena rintikan hujan, memainkan
jemari-jemariku, dikaca berembun, memandangi tiap tetesnya yang mengalir
lembut, kau takkan pernah tahu bagaimana irama rintiknya begitu damai amat
menenangkan, betapa sejuknya
menembus hingga ke ujung jari-jemariku bahkan membuat syal ini
senantiasa melekat erat dileherku,
aku ingin sekali berlari
menjemputnya, menikmati tiap tetes rinainya dan menari bersama. Ah! Sudahlah aku bermimpi rupanya, bukankah terakhir
kali aku mencoba hal yang sama tapi aku justeru menjatuhkan diriku kelantai
Langganan:
Postingan (Atom)