So, here are some moments of The Creative Writing Seminar. Enjoy! :)
The Participants
EDSA Journalist Team (EJT) adalah salah satu Lembaga Swadaya Organisasi EDSA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang bergerak di bidang jurnalistik. EJT Mewadahi dan memfasilitasi mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UAD dalam mengembangkan bakat dan potensi mereka dalam tulis menulis, fotografi, artikel, dan karya tulis fiksi.
Kamis, 30 Oktober 2014
Selasa, 21 Oktober 2014
The Creative Writing Seminar Publishing
Well, here we are, guys! :D
It is just a few days more to the crucial day of our Creative Writing Workshop with Mark Richardson. It will be held on Monday, October 27th 2014, at 1 p.m. We pick the courtroom of our campus for it is one of comfortable rooms. Hehehe :D
How about the participant registration scheme?
Ya, we open the registration stand right in front of EDSA Office (the Blue Box), because there are so many students will walk accross the spot. :)
How about the publishing itself?
Ya, we publish this important information via Facebook status, our twitter status, blog (ofcourse), by spreading so many leaflets on the campus, and also SMS. ;)
That big day, it can be counted by fingers. We are really waiting for this event, guys! :D
So, what will happen next?
Stay tune on our blog for further spectacular information. :D
Ciao! ;)
(for your prior information)
It is just a few days more to the crucial day of our Creative Writing Workshop with Mark Richardson. It will be held on Monday, October 27th 2014, at 1 p.m. We pick the courtroom of our campus for it is one of comfortable rooms. Hehehe :D
How about the participant registration scheme?
Ya, we open the registration stand right in front of EDSA Office (the Blue Box), because there are so many students will walk accross the spot. :)
How about the publishing itself?
Ya, we publish this important information via Facebook status, our twitter status, blog (ofcourse), by spreading so many leaflets on the campus, and also SMS. ;)
That big day, it can be counted by fingers. We are really waiting for this event, guys! :D
So, what will happen next?
Stay tune on our blog for further spectacular information. :D
Ciao! ;)
(for your prior information)
Selasa, 14 Oktober 2014
Jodoh Untuk Fatimah
Sore
itu seperti biasanya aku berjalan dengan membawa keranjang kosong. Senyum
mengembang dari bibirku. “Alhamdulilah, terima kasih atas rizki yang telah
engkau berikan, ya Allah.” Fatimah lega. Kue kue yang ia titipkan di pasar
telah laku habis terjual. Biasanya pagi hari ia membuat kue dan ia titipkan di pasar
dan sore harinya setelah mengajar ia mengambil dagangannya di pasar. Dan sore ini
ia bisa membawa sedikit rezeki untuk Ibu dan adik-adiknya.
“Mak,
aku pulang.” Fatimah memasuki rumah dan mencari ibunya. Perempuan itu sedang
sibuk di dapur. Bergelut dengan asap dan keringat yang mengucur.
“Sudah
pulang, Imah. Bagaimana daganganmu?” Ibunya selalu berharap kalau kue-kue itu
habis terjual.
“Alhamdulilah,
Mak. Laku semua.” Fatimah berkata dengan penuh sumringah. Ibunya lega karena
baginya kue kue itu adalah penyambung hidupnya bersama Fatimah dan ketiga adik
Fatimah.
Fatimah
adalah gadis yang cerdas, ulet, pekerja keras, dan sholehah. Tumbuh dibesarkan
oleh lingkungan Muhammadiyah menjadikannya ia gadis yang cerdas dan taat kepada
Allah. Setiap sore Ia juga mengajar membaca Al Qur’an untuk anak-anak TK Muhammadiyah.
Namun gajinya tidak seberapa. Kue-kue itu tetap menjadi penyambung hidup untuk
ibunya dan ketiga adik-adiknya.
“Jadi,
kapan kamu akan mengenalkan calonmu kepada emak?”
EJT Towards Creative Writing Seminar with Mark Richardson from Aussie (The Committees)
Hello, guys! :D
So, we are mandated by the department to handle this Creative Writing Workshop by Mark Richardson from Melbourne, Aussie in 27th October 2014. We have organized the committees structure as follows:
The Chief of Committees: Arifiana Tri Wulandari
Secretary: Dinni Putri Munggaran
Treasurer: Devi Rismaya and Aning Rustantiningtyas
Event Organizers: Hasna Fatin Oktavani (coordinator), Iqbal Ghofari, Sri Lestariningsih, Septian Khairunnisa, and Rani Rahmawati
Food and Beverage Organizers: Citra Istriani (coordinator), Meliya Novitasari, Khusnul Khotimah, Catur Julirustati, Chela Imelda N, and Ervina Felarastuti
PDD+HPT: Iis Nur Wijayanti (coordinator), Kurnia Fitriatun, Aulia Dwi Rakhmawati, Ginanjar Arif Wijaya, Kiki Noventri Hermawanto, Kartika Ratnasari, and Raafi Nur Aini
Do you want to know what is this workshop next information? just stay tuned on our blog, yes?! :D
Senin, 13 Oktober 2014
I Love You, Kau Bukan Dia
Dika yang berada tak
jauh dari tempat dia berpisah dengan Jean mendengar teriakan seorang wanita,
berlari mendekati sumber suara dan melihat Jean sedang meronta berusaha
melepaskan diri dari keempat cowok itu.
Buuk . .
. . Buuk . . . . Buuk! Tinju melayang ke muka empat cowok mabuk itu dan
Dika berhasil membuat mereka pergi meninggalkan Dika dan Jean berdua.
Dika berbalik menghampiri
Jean. “Kamu baik-baik saja? Ada yang terluka, nggak?” Tanya Dika namun tak
sepatah katapun keluar dari mulut gadis di hadapannya justru gadis itu menatap
Dika langsung. Rasa takut dan syok terlihat dengan sangat jelas di matanya,
trauma, karena seluruh badan gadis itu gemetaran. Tanpa sadar Dika memeluk Jean
erat, mencoba untuk menenangkannya karna saat ini kata-kata tidak akan menembus
ketakutannya. Sontak apa yang Dika lakukan membuat Jean menumpahkan semua air
matanya yang dia tahan sejak tadi. Dika menepuk-nepuk punggung gadis dalam
pelukannya itu, membuat gadis itu sedikit tenang. Dika membimbing Jean dengan
kedua tangannya masih memegangi Jean menuju mobilnya yang kini melaju
kerumahnya. Dika tidak mungkin tega meninggalkan gadis sendirian apalagi dalam
keadaan tergungcang.
Rasa tegang dan syok
yang dirasakan Jean berkurang ketika Dika memeluknya. Rasa aman dan nyaman yang
lama tidak dia rasakan menjalar ke seluruh tubuh bahkan relung hatinya. Apa
yang dirasakan Jean saat itu membuat Jean percaya padanya sehingga menumpahkan
semua yang dirasakannya dan luka perih yang dia pendam selama ini. Ketegangan
hampir meninggalkan Jean ketika dia memasuki rumah Dika. Entah mengapa dia
merasa terlindungi dan betah untuk tinggal di rumah dengan interior sederhana dan
dinding yang berwarna pucat abu-abu ini.
Jean duduk di sofa
putih dengan secangkir coklat panas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang
di hadapannya tanpa meninggalkan detail sedikitpun dan dia menikmati suasana
yang tercipta di ruangan itu. Tatapannya tertuju pada pintu yang terbuka.
Selasa, 30 September 2014
Terima Kasih, Ibu
Waktu pulang dari
kampus, jam menunjukkan pukul satu siang. Hari sangat panas. Ingin rasanya
menenggelamkan diriku di air es. Aku berjalan di gang kecil melewati
bangunan-bangunan tua yang mulai rusak akibat termakan waktu. Sesekali aku berhenti
untuk membenarkan posisi ranselku karena ransel yang aku bawa cukup berat. Aku
mencoba menahan lelahku karena tak berapa lama lagi aku akan sampai di
kos-kosanku.
Tepat di sudut gang yang
menuju kearah kosku aku berhenti. Tatapanku tak beralih dari sosok perempuan
berusia sekitar 40 tahun yang sedang menggendong anak laki-laki yang bertubuh
kurus. Mereka berjarak sekitar 20 meter dari tempat aku berdiri. Mengenakan
pakaian lusuh, berjalan tanpa alas kaki. Sesaat berhenti membetulkan posisi
anak yang digendongnya. Kemudian perempuan tersebut berhenti di depan tumpukan
sampah yang terletak di tepi jalan. Terlihat dia mencari sesuatu di tumpukan
sampah. Perempuan tersebut menemukan sebuah kotak yang kupikir berisi makanan
sisa. Perempuan tersebut tersenyum dan menurunkan anaknya. Lalu perempuan
tersebut duduk di samping anaknya.
Satu hal yang membuat
aku tertegun adalah ternyata kaki anak laki-laki tersebut lumpuh. Anak laki-laki
tersebut hanya diam dan melihat ke arah perempuan di sampingnya dengan penuh harap.
Perempuan tersebut membuka kotak makanan dan memberikan makanan sisa pada anak
laki-laki itu. Tetapi anak laki-laki tersebut menggeleng.
“Ayo, makan.” Ucap perempuan tersebut dengan
lembut.
“Tidak mau! Nasinya bau!”
Teriak anak laki-laki sambil menghalangi kotak nasi dengan tangan.
“Tidak, anakku. Ini
hanya kamu belum merasakannya saja, enak sekali.” Kata perempuan itu sambil
tersenyum dan memasukkan nasi ke mulutnya.
Aku melihat perempuan
tersebut memaksakan nasi masuk ke dalam perutnya. Aku pikir benar apa yang
dikatakan anak laki-laki itu, nasi yang berada di kotak tersebut memang sudah
basi.
“Ibu, cukup! Jangan
berbohong lagi!” Kata anak laki-laki itu, lalu merebut kotak nasi dan dilempar
ke tempat sampah lagi. “Seharusnya ibu makan makanan yang sehat. Maafkan aku
ibu, gara-gara aku, ibu jadi menderita.” Lanjutnya lagi.
Jumat, 26 September 2014
Rindu Dalam Selembar Surat
Malam
itu bintang terkikik geli. Entahlah mereka menertawakanku atau mereka ikut
tertawa dalam candaan kami yang tiada henti sejak magrib berkumandang. Malam
itu merupakan pertemuan kami setelah 6 bulan terpisah karena mengambil
universitas yang berbeda. Fatin menceritakan pertemuannya dengan seorang lelaki
yang sanggup mengalihkan perhatiannya. Sementara aku?
Fatin : “Sudah, lupakan saja!”
Raafi : (terdiam)
Fatin : “Tidak ada yang menjamin dia setia padamu.”
Raafi : “Tidak bisa. Lihatlah kata kata ini!”
(menunjukkan handphone-nya).
Fatin : “Hanya omong kosong!”
Raafi : “Minggu lalu dia juga mengirim surat ini.
Biar ku bacakan…”
I Love You, Kau Bukan Dia
Berjalan menyusuri
jalan raya dengan earphone di telinganya membuat gadis berusia 23 tahun ini
tidak sadar akan sekitarnya bahkan dia tidak menyadari dia sedang diikuti oleh
seorang laki-laki semenjak meninggalkan apartemennya. Laki-laki itu mengikuti
di belakangnya, mengamati setiap gerak-gerik gadis itu hingga laki-laki itu
terperanjat kaget ketika gadis itu berhenti di tikungan jalan dan menatap taman
di hadapannya dengan tangan kiri menghalau sinar matahari. Kemudian gadis itu
berjalan kembali, begitu pula laki-laki yang mengamatinya hingga sampai di toko
buku dimana gadis itu bekerja setiap harinya. Laki-laki itu memutuskan untuk
menyudahi pengamatannya di pagi hari ini dengan senyum di wajahnya.
Matahari telah lama
sembunyi dari singgasananya pertanda malam telah datang, gadis itu melihat jam tangannya
yang menunjukkan pukul tujuh malam. Dia harus segera pulang sebelum jalanan
sepi, berpamitan dengan yang lain dan berjalan keluar sambil memasang earphone
miliknya. Lagi, laki-laki yang mengikutinya tadi pagi telah menunggunya di kafe
seberang jalan semenjak empat puluh menit yang lalu. Mengikuti gadis itu lagi
hingga pulang ke apartemennya yang tak jauh dari tempat dia bekerja, sekitar
dua puluh menit berjalan kaki. Di tengah perjalanan pulang, gadis itu bertemu
dengan temannya dan membuat laki-laki itu seketika mengubah arah jalannya
memasuki gang lain.
“Huft . . . . Ini
menyebalkan, aku pikir reuni kali ini akan lebih meriah dari yang kemarin
ternyata jauh dari harapanku.” Ujar Tara, gadis yang tak sengaja bertemu di tengah
jalan ini adalah tetangga sebelah apartemennya semenjak tiga tahun yang lalu.
“Lalu bagaimana dengan
harimu di toko buku, Jean?” Sahut Tara. Ya, gadis yang berkerja di toko buku
yang selalu menggunakan earphone ini adalah Jean. Lengkapnya Jeannice Putriwardhana.
“Tidak ada yang spesial
Ra’. Seperti biasa hanya merapikan buku dan melayani pembelian.” Jawab Jean
dengan santai.
Jumat, 12 September 2014
Our 'EJT Sharing Books, Sharing World' Launching Day
Alhamdulillah.
Finally, we have launched one of our working programs on September 10 several days ago. It was placed right in front of our lecturer office. Glued with some signs, we do hope that this honesty library will give much benefits to all its readers. The readers may those who is waiting for her/his lecturer, or those who stop by and needs some entertainment. They may read the books, but they may not bring the books home. :)
Enjoy your reading!
Enjoy your reading!
Selasa, 22 Juli 2014
The Night Is Yet Young
Still
Exist
“Belok kanan setelah
masjid Bang.” Terdengar suara Fatimah memberi arahan dengan sisa perasaan yang
berbeda. Entah mengapa.
“Oke. sudah tiba, Fat.
Maaf nggak mampir ya, sudah larut malam. Kebetulan tadi izin dengan ibu juga
nggak boleh terlalu larut.” Kata Arshaf.
“Beneran nih, nggak mau
mampir dulu?” Fatimah meyakinkan kembali, sedangkan lubuk hatinya bertanyaan
“Ada apa ini?”
“Iya, salam aja ya buat
ibu Fatimah, semoga lekas sembuh. Dan sampaikan juga maafku ke orang tuamu.” Apa
mau dikata jika Arshaf telah memutuskan demikian.
“Iya, terima kasih ya,
Bang. Maaf, sudah merepotkan.” Kata Fatimah, menanggapi positif.
“It’s okay.” Arshaf tersenyum “Well,
I have to go home when you first enter.” Arshaf menyuruh Fatimah masuk
rumah terlebih dahulu sebelum ia pulang “Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikummussalam.”
* * *
Ayah Fatimah langsung
menghampiri Fatimah dan menyambut kedatangan putri bungsunya ketika membuka
pintu sembari mengucap salam. “Lho, Arshaf mana, Fat? kok nggak mampir dulu?”
“Langsung pamit tadi
Yah, cuma titip salam buat Ayah juga Bunda.” Setelah mencium tangan ayah,
Fatimah berlalu mencari sosok yang menjadi alasan utama Fatimah pulang dari
kota pelajar tempat ia menuntut ilmu.
“Kasihan lho, Fat. Jauh-jauh
kok nggak disuruh mampir dulu?” Ledek Ayah “Harusnya dibikinkan minum teh dulu
buat hangat-hangat.”
“Kata Arshaf tadi
Ibunya mengamanatkan supaya jangan pulang terlalu larut, Ayah.”
Tepat di ruang tengah,
tempat yang biasa digunakan keluarga Fatimah menonton televisi sekaligus ajang
berkumpul keluarga setiap harinyalah sosok yang dicarinya berada. Fatimah pun
langsung menghamburkan pelukannya kepada sosok tersebut, melepas kangen yang ia
tahan selama 12 bulan, berada dalam dekapannya terasa begitu hangat dan nyaman,
mengetuk hati yang dirundung rindu membuat mata tak lagi tahan membendung
buliran bening yang kini telah menetes.
Minggu, 06 Juli 2014
Larut di Ujung Kanvas
Saat butiran embun membasahi daun
dan mentari menyesaki udara, menyentuh lembutnya kabut dan embun yang membasahi
kulit-kulit daun, menjadikan berkilauan bak berlian di pagi yang cerah ini.
Saat ku menikmati indahnya alam pagi ini, tiba-tiba ia mengagetkanku.
“Lihat itu, Ran. Apa kau ingat anak
itu?” dia menunjuk pada anak laki-laki yang sedang menggambar di pinggir danau.
Aku belum sempat terpikir apa yang Leya maksud dengan pertanyaan itu. Namun
sejenak kulihat dengan seksama anak itu, tiba-tiba sekilas kembali ke 10 tahun
silam ku ingat masa kecilku, ya cinta pertamaku. Leya memang sahabatku dari
kecil, bahkan dia lebih ingat dengan semua itu daripada diriku sendiri.
“Oh iya, ternyata kau ingat, anak
itu sekarang dimana ya, Ley?” Tanyaku padanya. Pagi yang sangat cerah itu
membawa ku kembali pada kenangan lampau yang sangat lucu. Cinta itu tumbuh
begitu saja entah karena kekagumanku atau hal lain. Dia salah satu anak
berprestasi dalam melukis. Seakan dia melukis setiap sudut di langit-langit
hatiku saat itu. Hari pertama di sekolah, hujan gerimis, aku dan Leya menunggu
redanya rintik hujan.
Selasa, 24 Juni 2014
Suratku Untukmu
Aku membetulkan tas ransel euro polo coklat berisikan laptop dan beberapa buku ilmu hukum beserta kamusnya yang sedikit mengganggu pundak. Kakiku sudah mulai pegal menunggu bus yang seharusnya sudah lewat beberapa menit lalu dan mengantarku ke kampus. Namun, aku juga tidak bisa menyalahkan si sopir ataupun siapa saja karena ini memang kesalahanku yang bangun kesiangan. Begadang semalaman bersama teman-teman untuk mengerjakan laporan untuk dipresentasikan di depan dosen sudah bisa membuat sakit kepalaku belum hilang sampai sekarang. Kulihat, seorang ibu yang berdiri di sampingku sedari tadi juga sudah mulai melihat-lihat jam tangannya. Di depanku, suasana ramai toko Joger sudah menjadi sarapan setiap pagi bagi mahasiswa yang kuliah di Bali. Toko itu tidak pernah sepi. Toko khas Bali itu menjual berbagai pakaian dan tas dengan harga tinggi. Tapi, tetap saja pembeli yang berkunjung tidak menurun. Sekilas, aku juga melihat tukang pos yang memarkir motornya di depan salah satu rumah di samping toko Joger. Bicara tentang surat, itu mengingatkanku pada suatu kejadian.
Sabtu, 21 Juni 2014
The Night Is Yet Young
Have a card up sleeve
Aku segera mengetik SMS
setibanya di terminal malam itu. “Arshaf,
aku sudah sampai. Maaf ya, kalo harus merepotkanmu.” SMS pun segera ku
kirim, sambil menunggu balasan dari Fajar aku menyusuri trotoar mencari tempat
duduk untuk beristirahat. Malam ini angin seakan menembus tulang dan menusuk
tiap persendianku. Maklum, tempat tinggal kami berada di dataran tinggi jadi
pantas saja kalau udaranya terasa lebih sejuk, terutama di malam hari.
Sudah 15 menit selang
aku menunggu balasan SMS Fajar namun tak kunjung jua ku dapatkan balasannya.
Aku pun mengirim SMS lagi. Dan menunggu balasannya lagi. Ternyata masih sama,
Fajar tak kunjung membalas. Alhasil aku sedikit panik dan mulai gusar.
Bertubi-tubi SMS pun
aku ketik dan kirim kepadanya. “Arshaf, kamu
udah sampai mana?”. “Bang, udah otw, belom?”.”Bang, hati-hati di jalan, yah.”.”Arshaf Putra Pamungkas.”
Sekian banyak SMS
dariku tak satu pun yang ia balas, bahkan teleponku pun tak juga ia angkat.
Kini justru kepanikanku semakin bertambah ketika nomor Arshaf tiba-tiba tak
bisa di hubungi lagi. Entah, aku tak tahu apa yang sedang terjadi.
Ku baca kembali SMS
balasan terakhir dari Arshaf. “Iya
InsyaAllah bisa, tapi aku on the way dari rumah ba’da maghrib. Jadi maaf kalo
nanti kamu nunggu lama. Dan kalo masih ada bus. lebih baik naik bus aja, ya.”
* * *
Kamis, 19 Juni 2014
True Love
Suatu sore yang cerah
terlihat dari jendela sebuah kamar seorang cewek yang bernama Indah. Saat
sedang berbaring di atas kasurnya tiba-tiba dia memandang sebuah bingkai biru
di atas meja sebelah tempat tidurnya. Dia tersenyum melihat benda yang ada
dalam bingkai itu, bukan foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh
bergambar mobil. Kertas yang Indah robek dari buku gambar milik seorang cowok 2
tahun lalu saat perpisahan SMA. Cowok itu sama sekali tidak tahu indah merobek
buku gambarnya. Bahkan, mungkin dia tidak mengenal Indah. Indah hanya satu dari
ratusan penggemarnya di sekolah.
Rabu, 11 Juni 2014
Lorong Gelap
Pembunuhan
itu terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Pak Iman yang melihat kejadian sadis
itu diminta untuk tutup mulut oleh pemimpin universitas. Pak Iman pun langsung
pergi dari tempat itu dan segera berkemas untuk pulang ke kampung halamannya. Dia
tidak mau tahu lagi tentang masa lalu itu dan menganggap itu hanya mimpi buruk.
Seiring
berjalannya waktu kejadian itu hilang kabarnya. Kampus itu pun berjalan seperti
biasa dan mengalami kemajuan. Bertahun-tahun kisah itu terkubur dalam tanpa
seorang pun yang mengusiknya. Hingga pada satu angkatan kejadian itu kembali
muncul, sepertinya dia ingin meminta balas atas perlakuan yang menimpanya waktu
itu. Dia masih belum tenang, dia masih menyimpan dendam kepada orang yang telah
menyakitinya.
Awalnya
kejadian itu dirasakan oleh mahasiswa baru yang sedang menjalani masa ospek.
Mahasiswa itu adalah Jojo, Tata, Angga, Tia dan Kristy. Mereka adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia pada
umumnya. Jojo bisa melihat makhluk halus tanpa perantara. Tata bisa melihat
kejadian pada masa lampau. Angga bisa berkomunikasi dengan makhluk halus.
Kemudian Tia bisa mendengar bisikan serta ucapan yang diucapkan oleh makhluk
halus itu. Sedangkan Kristy dapat merasakan keberadaan makhluk halus itu tanpa
memperlihatkan wujud.
Mereka
dipertemukan dalam satu jurusan yang sama dan pasti memiliki tujuan yang sama.
Mereka sebelumnya tidak saling mengenal, namun karena kemampuan yang mereka
miliki. Mereka diperkenalkan tanpa sengaja.
Minggu, 08 Juni 2014
Neng Vidi
Aku rasa hidup
itu seperti kanvas, dan kitalah pelukisnya.
mau seperti apa hidup kita, mau diberi warna apa, jawabannya ada pada diri kita,
dan aku Vidi memilih melukiskan pelangi dihidupku.
dan aku Vidi memilih melukiskan pelangi dihidupku.
Menatap
kosong kearah jendela yang berembun karena rintikan hujan, memainkan
jemari-jemariku, dikaca berembun, memandangi tiap tetesnya yang mengalir
lembut, kau takkan pernah tahu bagaimana irama rintiknya begitu damai amat
menenangkan, betapa sejuknya
menembus hingga ke ujung jari-jemariku bahkan membuat syal ini
senantiasa melekat erat dileherku,
aku ingin sekali berlari
menjemputnya, menikmati tiap tetes rinainya dan menari bersama. Ah! Sudahlah aku bermimpi rupanya, bukankah terakhir
kali aku mencoba hal yang sama tapi aku justeru menjatuhkan diriku kelantai
Sabtu, 31 Mei 2014
Cerita Untuk Rassya
Aku melihat ibu
sedang menahan nafasnya. Mata bulat itu memandang ke samping rumah
memperhatikan adik kecilku Rassya yang sedang bermain dengan teman sebayanya.
Hari makin panas. Ibu sudah berkali-kali meneriaki Rassya yang tak kunjung
masuk ke rumah. Anak itu memang agak nakal, tubuhnya kurus tapi lincah,
lidahnya tajam. Sebagai anak bungsu tidak mengherankan jika ia manja dan
kadang-kadang suka membantah perkataan ibu. Sekali waktu aku pernah
menasihatinya saat ibu sudah lelah dari pagi hingga sore bekerja di klinik
sebagai perawat gigi dan ketika pulang harus mendapati perilaku Rassya yang
amat menyebalkan itu.
“Rassya tuh gak
boleh nakal, kasihan ibu dan ayah setiap hari bekerja untuk Rassya supaya
Rassya bisa sekolah, bisa makan, bisa beli mainan. Tapi waktu sampai rumah
malah Rassya main kemana-mana tidak mau nurut kalau disuruh pulang. Kasihan ibu,
Sya.” Aku katakan hal itu padanya dan untuk kesekian kalinya dalam 2 minggu.
Tetap saja ia membandel. Berbeda
denganku dan Raihan kami selalu menuruti apa kata ibu, tidak pernah main keluar
rumah. Maka para tetangga pernah menyangka kami anak yang sombong. Padahal
sebenarnya tidak. Kami hanya terlalu malu untuk bermain. Kami lebih suka
membaca buku dirumah atau menonton TV.
”Raisa cepat
jemput adikmu, kepala ibu pusing. Lihatlah badannya sudah berkeringat.”
perintah ibu sambil memijiat kening keriputnya. Oh ibu kami tak tahu perasaanmu
melihat tingkah kami yang berbeda-beda ini.
Rabu, 28 Mei 2014
Samudera Mencari Ide
Samudera masih bengong terpaku di
depan layar datar laptop Toshiba warna hitam miliknya. Layar datar perangkat
komputer itu menampilkan sebuah halaman ibarat kertas putih bersih yang tak
berhuruf apatah lagi berkalimat. Pemuda tanggung itu sudah sejak 5 menit yang
lalu menatap kosong halaman Microsoft Word yang masih putih bersih tanpa noda
dan cela tersebut. Padahal kedua bola matanya sudah perih dan kering sebab
dihembus-hembus angin buatan yang ditiup kipas angin mungil berwarna hijau dari
balik layar laptop-nya. Namun tak sejengkalpun ia bergerak untuk mematikan
kipas angin tersebut dengan alasan gerah. Lagipula, siapa yang tahu jika tahu-tahu
nantinya angin segar dari kipas angin hijau mungil itu bakal mendatangkan
sebuah ide brilian untuknya? Siapa yang tahu jika nanti tahu-tahu ia akan
langsung bisa menghajar habis proyek yang tenggat
hari Kamis besok ini seketikanya bila ia mendapatkan ide tersebut. Siapa yang tahu?
Tapi, ini sudah dua jam sejak
Samudera berniat untuk mengakhiri perjalanannya di lini masa akun Facebook-nya
sendiri. Tentu saja niat itu bukan sekedar wacana, ia benar-benar melaksanakan
niatnya tersebut. Selain lini masanya sudah mulai menyepi sebab waktu setempat
sudah menunjukkan pukul tengah malam lebih dua-puluh
menit, ia juga sudah diserang rasa sadar dan tanggung jawab akan proyeknya
tersebut. Hm, pikirnya mungkin dengan menghentikan perjalanan berselancarnya di
dunia maya tersebut ia akan segera mendapatkan ide agar bisa segera memulai
proyeknya. Ya, memulai. Pemuda tanggung itu bahkan belum memulai proyeknya! Lantas
bagaimana bisa ia menyelesaikan proyeknya sedang memulainya saja belum? Aduh, biyung-biyung!
Sabtu, 24 Mei 2014
EJT "Sharing Books, Sharing World"
The EJT "Sharing Books, Sharing World" is one of the Internal Division working program. It is such an honesty library. On this working program, all of the EJT organizer gonna share some second-hand yet useful books at our campus that will be placed in front of the lecturers office also in front of our 'mother' office named English Department Student Association (EDSA) office. but not only the organizer who gonna share the books, all of UAD family may also share their second-hand useful books. therefore, the EJT organizers have attached some informative pamphlet on some wall-magazines at the entire spots of our campus so the crowd can contact us for further information about the program. After we got some second-hand useful books, we'll gonna glue them with labels to show that it ias our archive. we also wrap the books with a clean plastic wrapper in order to save the book cover from any dirty stain. so, the books will be looked like new and fresh from fridge again! yeei! :)
With the confidence within our heart, we do believe that by this honesty library all of us can share the world and some information to others also to ourselves. :)
Amanah di Ujung Fajar
Sore itu Senja masih kuning kemerah-merahan, terdengar suara adzan berkumandang di masjid kampus kami. Seperti biasa aku dan sahabatku masih asyik bercanda di kampus tercinta. Aku kenalkan sahabat-sahabt dekatku. Pertama Kiki, dia adalah seorang cowok pendiam, baik, pemikir, rela berkorban demi teman, gokil, dia juga peka , dan dia juga sok cool banget. Kedua adalah Viki, dia adalah cewek tomboy tapi alay, tetapi hatinya lembut sekaligus kepo abis, dia punya suara paling lantang dan paling bak-blakan diantara kami berempat, disamping dia kepo dia juga perhatian sama teman, dia jaga super gokil, dan dia paling banyak pengalaman tentang cinta jadi dia cocok jadi psikolog cinta untuk kami bertiga.
Nah yang ketiga ini adalah musuh bebuyutanku namanya adalah Rani, dia orangnya tuh pemikir banget banget, kadang dia jatuh di lubang yang sama, tetapi dia tuh mau mencoba untuk jadi lebih baik lagi, kemauannya tinggi, tapi kadang kurang istiqomah, dan konsistensinya kadang goyah, padahal awalnya sudah bagus banget, dia juga perhatian, dia juga sok tau, terus sering mutung, terus super cerewet, yang pastinnya dia adalah kawan sekaligus lawan bebuyutanku dalam debate everything. Pokoknya kalau bertemu dia dunia seakan-akan perang dunia berlanjut lagi, apa lagi kalo udah kumpul berempat pecah sudah perang dunia ke 3. Hehehe..
Seperti biasa walaupun nggak sekelas setelah kuliah kami sering menyempatkan kumpul-kumpul bareng sekedar untuk tukar pikiran, lepas penat atau hanya bercanda sambil makan saja. Sore itu percakapan kami pun sangat ramai.
“Bul, kita mau makan dimana nih..?” tanya Rani.
“Eeem… kemana ya Ran enaknya? Kemarin udah di angkringan Bu Sugeng kan? Apa mau disitu lagi?” tanyaku.
Selasa, 20 Mei 2014
Senin, 19 Mei 2014
The EJT Inauguration Day
Well, Hello there!
here are our inauguration day pictures that was taken on March the 16th. they contain memories and mandates. we hope that you'll enjoy'em :)
here are our inauguration day pictures that was taken on March the 16th. they contain memories and mandates. we hope that you'll enjoy'em :)
they are Meliya (as the vice chief) and Iqbal (as the chief) when gave a pledge |
those are the organizer of EJT 2014/2105 |
Iqbal and Meliya when was leading the organizer to give a pledge |
it was a solemn event |
those are the senior :) |
took pictures together! :) |
cheers, Ladies! :) |
this what we called as brotherhood :) |
Sabtu, 17 Mei 2014
The (New) EDSA Journalist Team Organizer
Assalamu'alaikum, wr.wb.
Alhamdulillahi robbil 'alamin.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita segala nikmat dan kemudahan-Nya sehingga kita dapat merasakan indahnya kehidupan dan perputaran waktu yang masih senantiasa berputar ini. Tak lupa pula shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dengan segala perjuangannyalah, kita bisa hidup di zaman yang penuh dengan kecanggihan ini tanpa melupakan nilai-nilai dan moral agama Islam.
Mengenai EDSA Journalist Team (EJT) ini adalah salah satu lembaga sosial organisasi di bawah naungan 'ibu' organisasi English Department Student Association pada Program Studi Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. EJT merupakan sebuah LSO yang bergerak di bidang jurnalistik berbahasa Inggris. EJT didirikan pada tanggal 24 Desember 2007 oleh lima orang mahasiswa UAD Yogyakarta. Dengan menghidupkan kembali semangat penyebaran informasi ke dunia maya melalui blog, pengurus EJT tahun kepengurusan 2014/2015 berharap semoga blog berikut akan memberikan manfaat kepada para pembacanya .
Sekian sedikit informasi dari para pengurus EDSA Journalist Team. terus ikuti perkembangan kami dan Never Give Up! :D
Wassalamu'alaikum, wr.wb.
Alhamdulillahi robbil 'alamin.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita segala nikmat dan kemudahan-Nya sehingga kita dapat merasakan indahnya kehidupan dan perputaran waktu yang masih senantiasa berputar ini. Tak lupa pula shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang dengan segala perjuangannyalah, kita bisa hidup di zaman yang penuh dengan kecanggihan ini tanpa melupakan nilai-nilai dan moral agama Islam.
Mengenai EDSA Journalist Team (EJT) ini adalah salah satu lembaga sosial organisasi di bawah naungan 'ibu' organisasi English Department Student Association pada Program Studi Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. EJT merupakan sebuah LSO yang bergerak di bidang jurnalistik berbahasa Inggris. EJT didirikan pada tanggal 24 Desember 2007 oleh lima orang mahasiswa UAD Yogyakarta. Dengan menghidupkan kembali semangat penyebaran informasi ke dunia maya melalui blog, pengurus EJT tahun kepengurusan 2014/2015 berharap semoga blog berikut akan memberikan manfaat kepada para pembacanya .
Sekian sedikit informasi dari para pengurus EDSA Journalist Team. terus ikuti perkembangan kami dan Never Give Up! :D
Wassalamu'alaikum, wr.wb.
EDSA bulletin online "light for readers"
New Formation of EDSA Journalist Team
EDSA journalist Team is found on December 24th, 2007 in UAD. EDSA journalist Team's formation is Cista (leader), Frisma(1st secretary), Bunga (2nd secretary), Danang (coor of Company), and Reza (coor of Production). Now in the new formation, we are looking for new members to help us getting information for English Department's Students. so joint us.
Langganan:
Postingan (Atom)